Berhenti Sejenak Dengan Membaca. Review Buku Hidup Sederhana

Thursday 12 February 2015

Siapa yang tidak kenal Desi Anwar? Bagi orang yang lahir di awal tahun 90-an seperti saya akan mengingat Desi Anwar sebagai pembaca berita di salah satu stasiun TV swasta yang sedang naik daun saat itu. Tidak seperti kebanyakan pembaca berita saat ini, beliau sangat berkarakter . Beliau tidak cantik, menurut saya biasa saja untuk ukuran seorang perempuan Indonesia. Ada pancaran energi dari dalam yang membuat beliau tampak berkharisma dan berbeda.




Beli Buku Hidup Sederhana Di Sini


Saya membeli buku ini tanpa perencanaan. Terpaksa menuju gram*dia karena jam nonton di XXI masih lama. Pada awalnya terpikir langsung untuk mencari Steal Like An Artist, setelah dapat, lirik-lirik ke rak buku sebelah dan seberang, hihi dan saya pun menemukan buku ini. Tanpa ragu langsung saya ambil karena melihat sinopsis di sampul belakangnya sangat menggoda.


sampul belakang 

Buku ini berisi 54 narasi pendek yang dirangkum dalam 287 halaman. Jangan bayangkan isinya akan seperti editorial surat kabar, sama sekali tidak. Bahasa yang digunakan adalah bahasa yang ringan namun tetap memenuhi kaidah tata bahasa Indonesia. Semua narasi pendek dalam buku ini adalah berdasarkan pengamatan dan pengalaman nyata Desi Anwar. Kalau boleh saya bilang ini adalah refleksi hidup beliau yang tentunya bisa digunakan juga untuk refleksi hidup kita.




Leyeh Leyeh menjadi narasi pilihan untuk menjadi pembuka buku ini. Sangat pas untuk mengkondisikan otak kita yang tegang agar lebih rileks dan siap membaca dengan kepala dingin. Terdengar melankolis tapi benar adanya. Judul Leyeh Leyeh ini tanpa sadar membuat kita menjadi rileks dan selanjutnya kita akan mebaca dengan lapang dan lebih santai. Tidak heran jika di bagian sampul belakang tertulis Bacalah tulisan ini di waktu senggang Anda, temukanlah ilham dari cuplikan cuplikan di dalamnya dan jadikanlah buku ini teman Anda kapan saja Anda butuh penyejuk jiwa dan pelipur lara. Artinya buku ini memang tidak didesain untuk sekali baca habis, tapi lebih kepada buku pengisi waktu rehat dan jenuh. Sudah saya buktikan sendiri dan berhasil. Membacanya pun tidak harus urut. Saya biasa memilih judul yang suka di daftar isi lalu mulai membacanya. Sampai saat ini saya masih menyisakan 20 narasi yang belum terbaca. Poin yang lebih menarik adalah saya tidak pernah merasa bosan membaca narasi yang sama berulang-ulang. Misalnya ketika saya sedang merasa tidak menjadi diri sendiri dan ‘palsu’ saya coba membaca narasi berjudul Menjadi Kanak Kanak. Atau ketika saya sedang malas belajar, saya buka lagi Belajar Seumur Hidup. Dan ketika saya merasa waktu berjalan lebih cepat, saya membaca lagi Memiliki Sasaran.

Ada energi yang terpancar dari tulisan di setiap narasi. Energi dalam suatu tulisan akan terpancar kepada pembaca jika sang penulis menulis dengan mood dan ritme yang ‘tulus’. Selain tulisan, kita juga akan dimanjakan dengan berbagai foto koleksi beliau selama perjalanannya menjelajahi beberapa Negara; Italia, Finlandia, Peru, maupun Polandia. Hanya saja terkadang penempatan foto dengan tema yang kurang pas sedikit mengganggu konsentrasi saya dalam membaca. Seperti contoh pada tulisan berjudul Mengubah Perspektif terdapat foto tentang parade zombie di kota tua Krakow polandia. Saya tidak begitu mengerti apa hubungan foto dengan tulisan sehingga membuat saya bertanya tanya sendiri ketika melewati halaman yang memuat foto tersebut. Pemilihan kertas dan sampul juga sebenarnya menjadi perhatian saya. Sepertinya akan lebih cocok jika buku ini dicetak dalam kertas glossy atau doff yang tebal sehingga foto-fotonya terlihat lebih hidup.

Secara umum, buku ini sangat bagus dan sarat makna. Cocok untuk kaum urban para eksekutif tua dan muda yang single maupun yang sudah berkeluarga. Di tengah rutinitas kerja dan ritme kota yang begitu padat kita sering lupa untuk merefleksikan hidup, lupa menjadi diri sendiri dan melupakan hal hal penting yang terlihat sepele di sekitar kita.


Post a Comment