Setelah hampir absen selama empat minggu akhirnya saya kembali lagi untuk menutup seri Pengalaman Beasiswa Chevening. Sebagai pamungkas, saya ingin bercerita mengenai bagaimana rasanya menjadi alumni Chevening dan pilihan karir saya saat ini.
Alhamdulillah saya lulus dari studi master saya di University of Birmingham dengan merit. Merit adalah sebuah gelar kelulusan di bawah distinction yang merupakan gelar kelulusan tertinggi di Inggris. Alhamdulillah setelah lulus saya juga menikah. "Lho kok menikah? Tidak takut karirnya akan terhambat?" Topik ini akan saya bahas pada lain waktu ya.
Menjadi alumni Chevening tentunya ada rasa bangga namun ada juga sedikit tekanan mengingat alumni Chevening sudah banyak yang terkenal dan menduduki posisi penting di negeri ini. Sebut saja Pak Tito Karnavian, Dr. Rizal Sukma, hingga A.Fuadi dan Riri Riza. Atau yang seangkatan dengan saya ada Alanda Kariza dan Marissa Anita.
Lalu bagaimana dengan saya? Pekerjaan apa yang sedang saya geluti sekarang?
Dari sejak kuliah sarjana saya selalu suka dengan riset. Mulai dari mencari data, obsrvasi, analisis, menggali data lagi hingga menuliskannya dalam sebuah laporan. Oleh karena itu, selesai studi master saya memutuskan untuk berkarir di bidang yang berkaitan dengan riset. Singkat cerita, saat ini saya menjadi Asisten Riset untuk Mercator Research Institute for Global Commons and Climate Change, Jerman. Saya melakukan pekerjaan secara jarak jauh. Kebetulan salah satu riset mereka ada di Indonesia dan berkaitan dengan industri kelapa sawit.
Di samping itu, saya juga membekali diri saya dengan ilmu menjadi seorang content creator. Hal ini saya dapatkan dengan bergabung di TripZilla, sebuah situs tentang travel advisory di bawah Travelogy.com Pte Ltd Singapura. Pekerjaan ini juga saya lakukan secara jarak jauh.
Mungkin pada akhirnya banyak yang bertanya, mengapa belajar jadi content creator juga? Lalu, apakah pilihan karir yang sekarang sesuai dengan esai yang ditulis saat seleksi?
Mengapa menjadi content creator? Perkembangan internet di Indonesia mau tidak mau membuat internet menjadi sumber informasi bagi sebagian besar penduduk kota besar. Semua bisa diakses hanya dengan sentuhan jari. Saya pikir, untuk menebarkan nilai-nilai positif tidak lagi harus bekerja di institusi formal, tapi bisa juga melalui media online. Hal ini memang tidak tercantum dalam esai Career Plan saya. Namun tujuan akhir saya tidak berubah. Yaitu memberikan edukasi tentang kesadaran terhadap penjagaan lingkungan.
Di samping itu saya kini juga aktif dalam kegiatan masyarakat di desa saya yang saya pikir bisa jadi sarana efektif secara jangka panjang untuk memberikan edukasi terkait lingkungan secara langsung. Mulai dari PKK, dasa wisma, pengajian ibu-ibu, hingga TPA (Taman Pendidikan AlQuran). Meskipun masih anggota baru, tapi saya yakin akan ada jalan untuk bisa mengambil peran di sana.
Keterlibatan saya di masyarakat ini ssetelah saya refleksi kembali sangat sesuai dengan esai saya mengenai leadership and influence. Menurut saya, seorang yang bisa jadi pemimpin bukan hanya terbatas pada jabatan seorang ketua tapi juga bagaimana orang tersebut mampu menjadi pendorong dan penggerak kemajuan bagi komunitas di sekitarnya. Meskipun hanya sebatas level grassroot.
Terkait pilihan bekerja jarak jauh, saya yakin bahwa pada suatu saat bekerja jarak jauh bukan menjadi hal yang aneh. Dan untuk bisa bekerja jarak jauh kita harus memili kemampuan yang outstanding agar bisa dipercaya.
Kalau dibanding alumni lainnya, mungkin bisa dibilang saya masih tidak ada apa-apanya. Tapi saya yakin bahwa setiap orang sudah punya porsi dan tugasnya masing-masing. Ada yang memang punya peran di sektor publik, dan sektor swasta dengan jabatan yang strategis. Namun ada pula yang tidak di keduanya seperti saya. Yang penting bagaimana kita tetap bisa memberi kebermanfaatn bagi orang sekitar. Karena nilai yang disuung Chevening adalah bagaimana bisa berkontribusi secara nyata terhadap perkembangan Indonesia.
Chevening sendiri juga memiliki Chevening Alumni Network yaitu Chevening Connect yang menghubungkan seluruh alumni Chevening dari seluruh belahan negara. Untuk Indonesia, alumni Chevening tergabung dalam Chevening Alumni Association Indonesia. Yang jelas, setelah lulus pun para alumni memiliki wadah untuk saling sapa hingga merencanakan acara untuk umum. Setiap tahunnya, bahkan terdapat grant program pemberdayaan masyarakat untuk para alumni yang mengirimkan proposal.
Ayoo, yang belum daftar Chevening, segera daftar ya! Beasiswa Chevening akan segera ditutup pada 6 November mendatang.
![]() |
Berfoto dengan disertasi tercinta |
Menjadi alumni Chevening tentunya ada rasa bangga namun ada juga sedikit tekanan mengingat alumni Chevening sudah banyak yang terkenal dan menduduki posisi penting di negeri ini. Sebut saja Pak Tito Karnavian, Dr. Rizal Sukma, hingga A.Fuadi dan Riri Riza. Atau yang seangkatan dengan saya ada Alanda Kariza dan Marissa Anita.
![]() |
Welcome Home Event |
Dari sejak kuliah sarjana saya selalu suka dengan riset. Mulai dari mencari data, obsrvasi, analisis, menggali data lagi hingga menuliskannya dalam sebuah laporan. Oleh karena itu, selesai studi master saya memutuskan untuk berkarir di bidang yang berkaitan dengan riset. Singkat cerita, saat ini saya menjadi Asisten Riset untuk Mercator Research Institute for Global Commons and Climate Change, Jerman. Saya melakukan pekerjaan secara jarak jauh. Kebetulan salah satu riset mereka ada di Indonesia dan berkaitan dengan industri kelapa sawit.
Di samping itu, saya juga membekali diri saya dengan ilmu menjadi seorang content creator. Hal ini saya dapatkan dengan bergabung di TripZilla, sebuah situs tentang travel advisory di bawah Travelogy.com Pte Ltd Singapura. Pekerjaan ini juga saya lakukan secara jarak jauh.
Mungkin pada akhirnya banyak yang bertanya, mengapa belajar jadi content creator juga? Lalu, apakah pilihan karir yang sekarang sesuai dengan esai yang ditulis saat seleksi?
Mengapa menjadi content creator? Perkembangan internet di Indonesia mau tidak mau membuat internet menjadi sumber informasi bagi sebagian besar penduduk kota besar. Semua bisa diakses hanya dengan sentuhan jari. Saya pikir, untuk menebarkan nilai-nilai positif tidak lagi harus bekerja di institusi formal, tapi bisa juga melalui media online. Hal ini memang tidak tercantum dalam esai Career Plan saya. Namun tujuan akhir saya tidak berubah. Yaitu memberikan edukasi tentang kesadaran terhadap penjagaan lingkungan.
Di samping itu saya kini juga aktif dalam kegiatan masyarakat di desa saya yang saya pikir bisa jadi sarana efektif secara jangka panjang untuk memberikan edukasi terkait lingkungan secara langsung. Mulai dari PKK, dasa wisma, pengajian ibu-ibu, hingga TPA (Taman Pendidikan AlQuran). Meskipun masih anggota baru, tapi saya yakin akan ada jalan untuk bisa mengambil peran di sana.
Keterlibatan saya di masyarakat ini ssetelah saya refleksi kembali sangat sesuai dengan esai saya mengenai leadership and influence. Menurut saya, seorang yang bisa jadi pemimpin bukan hanya terbatas pada jabatan seorang ketua tapi juga bagaimana orang tersebut mampu menjadi pendorong dan penggerak kemajuan bagi komunitas di sekitarnya. Meskipun hanya sebatas level grassroot.
Terkait pilihan bekerja jarak jauh, saya yakin bahwa pada suatu saat bekerja jarak jauh bukan menjadi hal yang aneh. Dan untuk bisa bekerja jarak jauh kita harus memili kemampuan yang outstanding agar bisa dipercaya.
Kalau dibanding alumni lainnya, mungkin bisa dibilang saya masih tidak ada apa-apanya. Tapi saya yakin bahwa setiap orang sudah punya porsi dan tugasnya masing-masing. Ada yang memang punya peran di sektor publik, dan sektor swasta dengan jabatan yang strategis. Namun ada pula yang tidak di keduanya seperti saya. Yang penting bagaimana kita tetap bisa memberi kebermanfaatn bagi orang sekitar. Karena nilai yang disuung Chevening adalah bagaimana bisa berkontribusi secara nyata terhadap perkembangan Indonesia.
![]() |
Welcome Home Event |
Ayoo, yang belum daftar Chevening, segera daftar ya! Beasiswa Chevening akan segera ditutup pada 6 November mendatang.
Comments
Post a Comment