UPDATE: 5 Desember 2019
Dapatkan mentoring gratis beasiswa Chevening dari para alumninya. Cek caranya di akhir tulisan ya
Awalnya saya tidak ingin menulis mengenai aplikasi dan proses seleksi Chevening karena sudah cukup banyak teman-teman seangkatan saya yang menulis mengenai hal tersebut. Namun saya berpikir, 'hmm.. tapi tidak ada salahnya kan berbagi pengalaman'. Karena setiap orang pasti memiliki kesan dan cara pandang yang berbeda terhadap suatu kejadian. Maka saya pun coba untuk menuliskannya.
Jika kamu sudah mantap untuk mengajukan aplikasi beasiswa Chevening maka tulisan ini bisa kamu baca sampai tuntas, namun jika masih ragu-ragu, kamu boleh tengok kembali tulisan pertama saya tentang Chevening di sini.
Teknis pendaftaran dan jadwal seleksi beasiswa Chevening dapat kamu baca secara lengkap dan detail di laman resmi Chevening berikut ini. Saya tidak akan membahas teknis tersebut namun saya akan sedikit bercerita mengenai proses seleksi yang saya jalani ketika itu.
Saya mendaftar Chevening saat saya bekerja sebagai pengajar di salah satu SMP swasta di Surabaya. Background saya adalah teknik sipil, tapi saya boleh dibilang terlanjur 'nyemplung' di dunia pendidikan. Ketika kuliah S1 saya mengambil konsentrasi hidrologi dan bisa dibilang saya 'jatuh cinta' dengan hidrologi. Dari hidrologi saya juga berkenalan dengan ilmu lingkungan, pengendalian banjir dan pengelolaan limbah. Dari sinilah saya berkeinginan jika suatu saat nanti bisa mempelajari dalam mengenai hidrologi dan lingkungan dan mengaplikasikannya dalam bidang pekerjaan saya. Apalagi sejak awal kuliah S1 cita-cita saya ingin sekali bisa menjadi dosen. Akhirnya saya pun bertekad untuk studi lanjut dengan sumber pendanaan beasiswa Chevening.
Saya sangat tertarik dengan course yang multidisiplin. Meskipun saya tahu course seperti itu tidak terlalu populer di Indonesia. Apalagi jika berencana menjadi dosen saya akan banyak terkendala dengan syarat linearitas yang sering disyaratkan dalam rekruitmen dosen. Tapi saya bandel! Menurut saya, untuk apa memaksakan diri mempelajari sesuatu yang tidak kita suka? Pilihan course saya pun jatuh kepada River Environments and Their Management University of Birmingham. Lebih lengkap mengenai course tersebut dan apa saja yang saya pelajari bisa kamu baca di sini
Saat mendaftar saya belum memiliki sertifikat kemampuan Bahasa Inggris apalagi Letter of Acceptance (LoA) dari universitas di UK. Saya berencana mengambil tes IELTS jika sudah dinyatakan lolos tahap seleksi administrasi oleh Chevening. Saat itu, surat referensi menjadi hal yang perlu disertakan pada tahap awal seleksi administrasi online. Saya menghubungi dosen pembimbing saya ketika S1 dan mantan manager saat di Pinnacle Education. Alhamdulillah keduanya memberikan dukungan dan bersedia dihubungi oleh tim seleksi Chevening jika diperlukan.
Tantangan lain saat mendaftar adalah menulis essay berdasarkan pertanyaan. Ada empat pertanyaan yang masing-masing harus dijawab dengan maksimal 500 kata. Pertanyaan yang diajukan merupakan perwakilan dari penilain substansial beasiswa Chevening, yaitu Leadersip & influence, Networking, Study Plan dan Career Plan.
Nah, essay merupakan salah satu poin penting yang harus kamu perhatikan. Buatlah essay-mu dengan jujur, percaya diri dan dari hati. Jangan memaksa. Mintalah bantuan teman atau rekan yang berpengalaman untuk me-review essay yang kamu buat. Secara teknis saya mendapat banyak bantuan review essay saya oleh salah satu kolega di sekolah tempat saya bekerja, Pak Khusnul. Beliau pernah menjadi salah satu guru yang dikirim ke Amerika untuk studi banding. Saya percaya beliau adalah orang yang tepat untuk dimintai bantuan me-review.
Seiring dengan pendaftaran Chevening, saya pun mendaftar ke pilihan course saya untuk bisa mendapatkan LoA. Tiap universitas dan tiap course memiliki kebijakan yang berbeda terkait proses penerimaan mahasiswanya. Pastikan selalu merujuk ke situs resmi universitas terkait hal tersebut.
Untuk proses pendaftaran ke universitas, saya mengisi sebuah aplikasi online yang memuat data diri, essay dan referensi dari minimal dua orang. Untuk essay, saya diharuskan menulis mengenai alasan mengapa saya memilih pilihan studi tersebut. dan rencana karir setelah studi. Sedangkan untuk referensi, saya hanya diminta menyertakan kontak telepon dan email, untuk selanjutnya University of Birmingham yang akan menghubungi kontak yang kita berikan.
Dalam kasus saya, aplikasi Chevening lebih sederhana dibandingkan dengan aplikasi universitas. Formulir isian aplikasi universitas lebih banyak. Saya butuh kurang lebih sekitar satu bulan untuk mengisi formulirnya secara lengkap. Dan lagi-lagi kamu boleh tidak menyertakan sertifikat IELTS pada saat pendaftaran. Nantinya jika lolos, kamu akan mendapatkan Conditional Offer sebelum di-upgrade menjadi Unconditional Offer jika telah menyerahkan bukti kemampuan Bahasa Inggris.
Meski Chevening memberi kita ruang maksimal tiga pilihan bidang studi di tiga universitas, saya saat itu hanya mendaftar di University of Birmingham saja. Karena pilihan studi yang saya inginkan hanya ada di sana.
selesai mengajukan aplikasi untuk Chevening dan universitas, maka saat-saat menunggu pun tiba. Aplikasi Chevening ditutup bulan November dan saya mendapatkan telepon dan email untuk interview sekitar bulan Januari-Februari tahun depannya. Sedangkan conditional offer saya dapatkan pada bulan Maret.
Dalam masa-masa menunggu saya mempersiapkan diri untuk mengambil tes IELTS. Saya sengaja tidak ambil les di luar karena selain karena masalah waktu dan kerja, saya merasa lebih optimal jika belajar sendiri. Saya banyak latihan soal-soal IELTS, melihat video di YouTube mengenai tips dan trik IELTS, serta diskusi dan minta bantuan dengan teman yang IELTSnya bagus khususnya untuk sesi writing. Setelah capek seharian kerja, saya sempatkan menonton Gilmore Girls tanpa subtitle. Yeaahh... Hal tersebut ternyata sangat membantu dalam sesi listening.
Tenang, datang lebih awal, percaya diri dan jawab dengan jujur. Interview Chevening bisa dibilang sangat 'chill'. Bahkan saya sempat meminum air putih yang disuguhkan saat sesi wawancara. Jangan lupa senyum.
Namun, saya masih harus menunggu hasil tes IELTS saya. Dag dig dug rasanya. Karena kalau nilainya di bawah 6.5 saya otomatis gagal mendapatkan chevening sekaligus gagal mendapatkan unconditional offer dari universitas.
Masya Allah, akhirnya penantian yang telah lama tiba juga pada akhirnya. Skor IELTS saya 6.5 yang artinya saya resmi lolos sebagai Chevening scholars sekaligus mendapatkan Letter of Acceptance dari universitas yang saya tuju.
Saya masih harus melengkapi beberapa persyaratan teknis ke universitas termasuk diantaranya mengirimkan translasi tersumpah ijazah dan transkrip nilai S1. Namun, rasanya lega sekaligus senang karena petualangan baru akan segera datang.
Semoga cerita di atas bisa memberikan sedikit gambaran bagaimana proses saya melamar beasiswa Chevening. Selamat berjuang!
Update: Kunjungi halaman http://idcheveningalumni.com/mentoring-program/ Untuk mendapatkan mentoring aplikasi beasiswa Chevening, langsung dari para alumni.
Dapatkan mentoring gratis beasiswa Chevening dari para alumninya. Cek caranya di akhir tulisan ya
Awalnya saya tidak ingin menulis mengenai aplikasi dan proses seleksi Chevening karena sudah cukup banyak teman-teman seangkatan saya yang menulis mengenai hal tersebut. Namun saya berpikir, 'hmm.. tapi tidak ada salahnya kan berbagi pengalaman'. Karena setiap orang pasti memiliki kesan dan cara pandang yang berbeda terhadap suatu kejadian. Maka saya pun coba untuk menuliskannya.
Jika kamu sudah mantap untuk mengajukan aplikasi beasiswa Chevening maka tulisan ini bisa kamu baca sampai tuntas, namun jika masih ragu-ragu, kamu boleh tengok kembali tulisan pertama saya tentang Chevening di sini.
Teknis pendaftaran dan jadwal seleksi beasiswa Chevening dapat kamu baca secara lengkap dan detail di laman resmi Chevening berikut ini. Saya tidak akan membahas teknis tersebut namun saya akan sedikit bercerita mengenai proses seleksi yang saya jalani ketika itu.
Bagaimana Awalnya?

Saya mendaftar Chevening saat saya bekerja sebagai pengajar di salah satu SMP swasta di Surabaya. Background saya adalah teknik sipil, tapi saya boleh dibilang terlanjur 'nyemplung' di dunia pendidikan. Ketika kuliah S1 saya mengambil konsentrasi hidrologi dan bisa dibilang saya 'jatuh cinta' dengan hidrologi. Dari hidrologi saya juga berkenalan dengan ilmu lingkungan, pengendalian banjir dan pengelolaan limbah. Dari sinilah saya berkeinginan jika suatu saat nanti bisa mempelajari dalam mengenai hidrologi dan lingkungan dan mengaplikasikannya dalam bidang pekerjaan saya. Apalagi sejak awal kuliah S1 cita-cita saya ingin sekali bisa menjadi dosen. Akhirnya saya pun bertekad untuk studi lanjut dengan sumber pendanaan beasiswa Chevening.
Pilihan Course

Saya sangat tertarik dengan course yang multidisiplin. Meskipun saya tahu course seperti itu tidak terlalu populer di Indonesia. Apalagi jika berencana menjadi dosen saya akan banyak terkendala dengan syarat linearitas yang sering disyaratkan dalam rekruitmen dosen. Tapi saya bandel! Menurut saya, untuk apa memaksakan diri mempelajari sesuatu yang tidak kita suka? Pilihan course saya pun jatuh kepada River Environments and Their Management University of Birmingham. Lebih lengkap mengenai course tersebut dan apa saja yang saya pelajari bisa kamu baca di sini
Saat Mendaftar Chevening

Saat mendaftar saya belum memiliki sertifikat kemampuan Bahasa Inggris apalagi Letter of Acceptance (LoA) dari universitas di UK. Saya berencana mengambil tes IELTS jika sudah dinyatakan lolos tahap seleksi administrasi oleh Chevening. Saat itu, surat referensi menjadi hal yang perlu disertakan pada tahap awal seleksi administrasi online. Saya menghubungi dosen pembimbing saya ketika S1 dan mantan manager saat di Pinnacle Education. Alhamdulillah keduanya memberikan dukungan dan bersedia dihubungi oleh tim seleksi Chevening jika diperlukan.
Tantangan lain saat mendaftar adalah menulis essay berdasarkan pertanyaan. Ada empat pertanyaan yang masing-masing harus dijawab dengan maksimal 500 kata. Pertanyaan yang diajukan merupakan perwakilan dari penilain substansial beasiswa Chevening, yaitu Leadersip & influence, Networking, Study Plan dan Career Plan.

Nah, essay merupakan salah satu poin penting yang harus kamu perhatikan. Buatlah essay-mu dengan jujur, percaya diri dan dari hati. Jangan memaksa. Mintalah bantuan teman atau rekan yang berpengalaman untuk me-review essay yang kamu buat. Secara teknis saya mendapat banyak bantuan review essay saya oleh salah satu kolega di sekolah tempat saya bekerja, Pak Khusnul. Beliau pernah menjadi salah satu guru yang dikirim ke Amerika untuk studi banding. Saya percaya beliau adalah orang yang tepat untuk dimintai bantuan me-review.
Mendapatkan Letter of Acceptance (LoA) dari University of Birmingham
Untuk proses pendaftaran ke universitas, saya mengisi sebuah aplikasi online yang memuat data diri, essay dan referensi dari minimal dua orang. Untuk essay, saya diharuskan menulis mengenai alasan mengapa saya memilih pilihan studi tersebut. dan rencana karir setelah studi. Sedangkan untuk referensi, saya hanya diminta menyertakan kontak telepon dan email, untuk selanjutnya University of Birmingham yang akan menghubungi kontak yang kita berikan.

Dalam kasus saya, aplikasi Chevening lebih sederhana dibandingkan dengan aplikasi universitas. Formulir isian aplikasi universitas lebih banyak. Saya butuh kurang lebih sekitar satu bulan untuk mengisi formulirnya secara lengkap. Dan lagi-lagi kamu boleh tidak menyertakan sertifikat IELTS pada saat pendaftaran. Nantinya jika lolos, kamu akan mendapatkan Conditional Offer sebelum di-upgrade menjadi Unconditional Offer jika telah menyerahkan bukti kemampuan Bahasa Inggris.
Meski Chevening memberi kita ruang maksimal tiga pilihan bidang studi di tiga universitas, saya saat itu hanya mendaftar di University of Birmingham saja. Karena pilihan studi yang saya inginkan hanya ada di sana.
Saatnya Menunggu

selesai mengajukan aplikasi untuk Chevening dan universitas, maka saat-saat menunggu pun tiba. Aplikasi Chevening ditutup bulan November dan saya mendapatkan telepon dan email untuk interview sekitar bulan Januari-Februari tahun depannya. Sedangkan conditional offer saya dapatkan pada bulan Maret.
Dalam masa-masa menunggu saya mempersiapkan diri untuk mengambil tes IELTS. Saya sengaja tidak ambil les di luar karena selain karena masalah waktu dan kerja, saya merasa lebih optimal jika belajar sendiri. Saya banyak latihan soal-soal IELTS, melihat video di YouTube mengenai tips dan trik IELTS, serta diskusi dan minta bantuan dengan teman yang IELTSnya bagus khususnya untuk sesi writing. Setelah capek seharian kerja, saya sempatkan menonton Gilmore Girls tanpa subtitle. Yeaahh... Hal tersebut ternyata sangat membantu dalam sesi listening.
Interview Chevening
Setelah Itu...
Setelah interview saya serahkan semua hasilnya pada Allah. He knows what's best for me. Selain itu saya memutuskan untuk segera tes IELTS. Apapun hasilnya nanti, IELTS tetap penting untuk meng-upgrade conditional offer saya menjadi unconditional. Alhamdulillah kabar baik datang di bulan saya berulang tahun. Saya lolos Chevening 2016/2017! Tak tertahankan rasanya air mata saya. Saya langsung telfon Ibu di rumah sambil nangis sesenggukan.Namun, saya masih harus menunggu hasil tes IELTS saya. Dag dig dug rasanya. Karena kalau nilainya di bawah 6.5 saya otomatis gagal mendapatkan chevening sekaligus gagal mendapatkan unconditional offer dari universitas.
Akhirnya...
![]() |
Chevening Scholars 2016/2017 |
Saya masih harus melengkapi beberapa persyaratan teknis ke universitas termasuk diantaranya mengirimkan translasi tersumpah ijazah dan transkrip nilai S1. Namun, rasanya lega sekaligus senang karena petualangan baru akan segera datang.
![]() |
University of Birmingham |
Update: Kunjungi halaman http://idcheveningalumni.com/mentoring-program/ Untuk mendapatkan mentoring aplikasi beasiswa Chevening, langsung dari para alumni.
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteHalo mbak terima kasih ya ceritanya sgt menginspirasi :) saya izin bertanya jd waktu mendaftar chevening mbak menggunakan pengalaman kerja yg tdk sesuai dengan bidang yg akan mbak ambil?
ReplyDeletetidak, saya cantumkan baik yang terkait maupun tidak
Delete