Belajar Apa di University of Birmingham?

Menyambung tulisan sebelumnya, kali ini saya akan berbagi cerita dan kesan-kesan menimba ilmu di Inggris. Course yang saya ambil untuk S2 saat ini adalah River Enviornments and their Management atau disingkat REM. Dari namanya, sudah sangat terlihat kalau saya akan belajar segala hal mengenai sungai. Course saya bisa dibilang sangat tematik karena mengangkat sungai sebagai topik utama, kemudian dijabarkan berdasarkan cabang-cabang keilmuan terkait terkait manajemen sungai, mulai dari ekologi, geomorfologi dan hidrologi.

Sejak kuliah strata satu saya sangat tertarik dengan subjek keairan. Tidak banyak orang yang tahu kalau teknik sipil sebenarnya gabungan dari tiga tema besar infrastruktur; gedung, transportasi dan keairan. Di negara berkembang seperti Indonesia, manajemen sungai sebagai salah satu smber daya air masih berkutat seputar optimalisasi pengaturan irigasi dan penanggulangan banjir melalui pembangunan sudetan atau normalisasi. Padahal kalau melihat fungsi asalnya, sungai di Indnonesia memiliki potensi besar untuk bisa memberi manfaat bagi masyarakat banyak, tidak hanya sekedar irigasi, tpi juga persediaan air minum, perikanan, pencegah banjir dan sarana rekreasi dan navigasi. Berkaca pada masa sebelum renaisans, peradaban maju selalu berada di tepian sungai, maka sungai semestinya menjadi asset penting untuk kehidupan makhluk hidup. Hal inilah yang kemdian mendasari saya untuk mempelajari lebih dalam terkait sungai.


dsc_0315
BiFOR Institute

 University of Birmingham (UoB) sendiri tahun 2016 dinobatkan oleh Sunday Times sebagai university of the year for graduate employment. Saat induction week kami pun sudah dikenalkan dengan berbagai macam perusahaan dan mitra dari UoB yang menawarkan kesempatan magang maupun kerja penuh waktu. Universiti juga memfasilitasi bimbingan karir sejak awal pertama masuk ke lingkungan awal kampus. Catat ya, sejak awal masuk kampus. Ada beberapa kelas mini dan diskusi tentang future career dan juga pelatihan-pelatihan untuk mengasah softskill dan bagaimana membuat CV kita stand out. Saya pernah mengikuti kelas penulisan CV dan sangat menarik dan aplikatif karena dipandu langsung oleh lulusan UoB yang sudah berkarir di perusahaan ternama. Pihak kampus juga mengirimkan newsletter elektronik bulanan yang berisi kesempatan kerja, magang maupun volunteering sesuai dengan latar belakang pendidikan dan jurusan yang sedang kita ambil. Jadi bukan blast email yang harus kita saring sendiri, melainkan email yang isinya sudah pasti 90% sesuai dengan prediksi karir kita ke depan.


dsc_0331
Dr David Boorman CEH explaining SOIL COSMOS UK in measuring soil moisture real time


dsc_0340
Colin Roberts & Dr Cedric Laize showed the use of new technology for river discharge measurement (ADCP)
 Course yang saya ambil tidak menyediakan modul pilihan, semua modul wajib diambil. Total terdapat 12 modul termasuk disertasi atau tugas akhir. Di semester pertama ini, total ada 6 modul yang harus saya selesaikan. Karena hanya ada lima hari kuliah selama seminggu maka praktis saya kuliah tiap hari. Hehehe. GAP lima tahun dari lulus strata satu ke program magister cukup membuat saya terengah-engah terutama dalam hal membaca dan menyarikan literatur, apalagi harus melakukan critical review. Plagiarism juga menjadi hal yang sangat penting karena kita tidak bisa begitu saja menyadur kalimat atau hasil kerja dari suatu jurnal maupun buku. Sistem pendidikan di UK sangat menekankan pentingnya memahami suatu topik secara menyeluruh. Membandingkan grand theory dengan aplikasi dan penelitian-penelitian terkait menjadi dasar penting untuk bisa menemukan research gap. Research gap ini lah yang kemudian akan digunakan sebagai dasar penyelesaian masalah. Tidak heran, jika negara maju mampu menyelesaiakn masalah yang ada di negaranya secara efisien, karena setiap penyelesaian masalahnya berdasarkan riset bukan sekedar asumsi. Berdasarkan kriteria inilah setiap modul selalu mempunyai paling tidak satu coursework atau tugas yang bisa merupakan mini research ataupun literature dan critical review. Untuk course saya sendiri sangat bervariasi, mulai dari project report, design proposal, presentasi dan critical review.


Sejauh ini saya merasakan pengalaman yang sangat menyenangkan menjalani course. Menyenangkan bukan berarti santai ya. Selain harus beradaptasi dengan reading list yang sangat banyak, saya juga harus berjuang melawan mood yang sering turun karena cuaca yang gloomy. Pilihan course sangat penting untuk kita bisa tetap enjoy dalam menjalani perkuliahan. Jangan sampai salah pilih course dan menyesal karena merasa bukan bidang yang diinginkan. Para pengajar sangat membantu dalam proses memahami suatu materi. Proses komunikasi dengan para pengajar bisa sangat mudah dilakukan melalui email. Setiap mahasiswa juga memiliki personal tutor yang akan membantu dan memantau perkembangan kita secara akademis. Saya merasa sangat terbantu dengan hal ini, sehingga proses adaptasi pun bisa berjalan dengan cepat.

Berbicara spesifik terkait REM. Course ini bisa dibilang sangat practical. Pembelajaran tidak hanya dilakukan di kelas dengan model konvensional dimana dosen akan mengajar selama 2 jam dan mahasiswanya akan terkantuk kantuk hehehe. Setiap metode pembelajaran dalam modul dirancang sedemikian rupa agar mahasiwa mudah menyerap ilmu yang disampaikan. Sebagai contoh, pada semester ini, saya mendapat modul river assessment and monitoring. Kami pun melakukan praktik secara langsung meng-assess sungai Bourn brook di Birmingham menggunakan metode yang digunakan oleh Environment Agency UK dan melakukan analisa terhadap hasil yang didapat. Analisa ini dituangakn dalam sebuah report project dan harus memuat Analisa secara spesifik terhadap satu aspek terkait sungai tersebut, bisa dari sisi aspek habitat sungai (river habitat) ataupun kualitas air (water quality). Pada kesempatan lain, kami juga mengunjungi CEH (Centre for Ecology and Hydrology) yang merupakan lembaga penyedia data untuk ekologi dan hidrologi di UK. Data inilah yang kemudian akan menjadi rujukan bagi environment agency dalam pengambilan keputusn dan perumusan kebijakan. Kami belajar mengenai berbagai macam tipe alat pengukuran hydrometeorology dan mekanisme pengumpulan serta validasi data. Sangat sangat menarik. Tempat lain yang kami kunjungi adalah BiFOR, dimana kami melakukan praktek pengukuran terhadap aspek hidrologi dan hidraulika sungai. BiFOR bertempat di lahan hibah yang diberikan kepada UoB yang kemudian diolah menjadi situs riset untuk pengukuran karbondioksida. Situs riset yang menurut saya sangat sophisticated. Yang tertarik dengan BiFOR bisa mengunjungi website berikut ini  http://www.birmingham.ac.uk/research/activity/bifor/index.aspx

Semester depan, saya sangat tidak sabar memulai project untuk modul river restoration dimana dalam project ini saya berada dalam tim yang berlaku sebagai konsultan dan akan menangani proyek dari klien terkait restorasi sungai. Kami akan berkolaborasi dengan konsultan WS Parsons Brinckerhoff sebagai penyedia data dan pembimbing dan di bawah arahan Prof Alexander Milner.

Hal menarik lain yang saya temukan tentang UK terkait dengan course saya adalah UK memiliki river restoration centre. Dari namanya saja sudah sangat jelas bahwa lembaga tersebut menangani restorasi sungai di UK. Restorasi sungai di UK sangat focus pada pengembalian fungsi sungai kepada kondisi aslinya tahap modifikasi.  Sangat menarik melihat bagaimana resiko banjir dapat dikurangi dengan cara mengembalikan sungai kepada kondisi asalnya. Anyway, yang tertarik melihat lebih lanjut course saya bisa klik lilnk berikut ini

http://www.birmingham.ac.uk/postgraduate/courses/taught/gees/river-environ-mgt.aspx#CourseOverviewTab

Klik di sini untuk mengajukan pertanyaan lanjutan seputar studi di University of Birmingham.

Happy holiday!

2 comments

  1. Satu hal di kepala saya bergelantung bertanya-tanya, apakah kemudian semua yang dipelajari ini benar-benar bisa diterapkan di Indonesia dengan segala masalah birokrasi pemerintah dan sosio kultur masyarakatnya, atau apakah semua skill dan pengalaman yang didapat hanya mentok menjadi kekayaan intelektual individu?

    ReplyDelete
  2. Halo Fais, terimakasih sudah mengajukan pertanyaan ini. Saya yakin banyak orang juga yang ingin bertanya hal serupa.
    Jika pertanyaannya adalah 'semua', maka tentu tidak semuanya bisa diterapkan. Kondisi alam dan geografis Indonesia pun tidak serta merta bisa menerima segala teori yang dipelajari di Eropa umumnya dan UK/Inggris khususnya.
    Sedangkan jika terkait masalah birokrasi dan sosio-kultur tentunya sangat normatif. Di sinilah memang perlu adanya kolaborasi dengan peneliti bidang lain maupun pihak otoritas terkait untuk bisa mencoba dan menerapkan suatu teknik pembaruan yang membawa keberhasilan. Praktek nyata sudah dilakukan oleh Prof Agus Maryono dengan konsep restorasi sungai-nya melalui beberapa proyek. Ada yang berhasil, ada juga yang masih perlu waktu dan mungkin juga perlu penyesuaian di sisi yang lain.
    Tapi, kalaupun nantinya hanya akan menjadi kekayaan intelektual individu saya pikir tidak ada salahnya. Satu individu bisa mengubah dunia melalui lingkaran terkecilnya :))

    ReplyDelete